Kronologi: Dia
(The Chronicle of Dia)


Kisah ini dimulai ketika seseorang yang banyak berarti bagi dunia dan masyarakat berangkat dari satu sisi kehidupan menuju sisi lain kehidupan untuk mencari sebuah "pengalaman". Ia pergi melampaui segala imajinasi yang dapat dipikirkan oleh manusia biasa yang mereka sebut dengan "tahap kedewasaan". Seperti halnya berjalan, pasti tidak selalu bertemu dengan sungai yang jernih dan kicauan burung-burung kenari di dahan-dahan pohon namun juga ada kalanya menemui sebuah tebing dan ngarai yang curam, gua-gua yang gelap, serta rimba yang lebat.

Sebuah klise memang jika manusia selalu menghakimi manusia lainnya hanya masalah sepele seperti tindakan-tindakan yang dilakukan oleh dia. Dia membantu manusia lain yang notabene-nya adalah pencuri, pelacur dan lain sabagainya, bahkan mereka tidak segan untuk membunuh dia. Mungkin ini adalah pelajaran dasar dari nenek moyang manusia yang melakukan kanibalisme untuk bertahan diri meskipun dalam kasus dia ini, mereka tidak memakan daging si dia. Namun, ada kalanya dia ini disanjung-sanjung, dihormati, dihargai bahkan dijamu dengan makanan, pakaian, harta yang sangat melimpah hanya karena dia telah melakukan tindakan patriotis sederhana seperti menangkap perampok bersenjata hingga dia berdarah-darah.

Lalu berbagai pertanyaan mulai muncul dari manusia-manusia. "Siapakah dia itu?", "Mengapa dia melakukan tindakan konyol seperti itu?", "Bagaimana dia bisa bertahan hidup?"
Sebenarnya dia itu bukan seseorang yang istimewa dan disanjung-sanjung bak raja atau pahlawan yang pulang hidup-hidup dari arena peperangan. Dia disini bisa siapa saja. Jika menurut hukum yang berlaku dalam Bahasa Indonesia, dia adalah bentuk jamak dari orang ketiga maka tidak demikian dengan dia disini. Dia disini bisa siapa saja. Dia itu bisa jadi mereka, remaja, pengemis, pelajar, pelayan toko, ketua RT/RW, masyarakat, wakil rakyat, jaksa agung, bahkan presiden atau bisa juga ANDA.