Dua insan bertemu,
menikmati pertunjukkan cahaya mentari, senja itu. Mereka bergandengan tangan. Erat dan rapat. Berbagi naafs dalam balutan cinta yang semu. Mereka Hidup dibawah naungan dunia mereka sendiri. Sejenak mata mereka beradu. Berbinar lalu tertunduk malu-malu. Senja semakin merona di ufuk barat dan mereka semakin berdekatan menahan dinginnya malam yang akan segera tiba.
Dua insan itu,
sedang dalam masa percobaan. Mengarungi derasnya hujan dan gemuruh petir. Haluan mereka kacau. Kapal mereka goyah ditabrak debur-debur ombak ganas yang berharap mereka bisa karam saat itu juga. Ini bukan cerita tentang laut, bukan. Kritis.
Dua insan kini,
berjalan berjauhan di bawah pertunjukkan senja yang sama. Mereka berjalan berdampingan. Tiada tangan yang menggenggam erat satu sama lain, tiada lagi berbagi nafas karena mereka egois. Mereka berjalan di bawah senja yang sama dan ada sesuatu di antara dada mereka: rantai itu telah putus, mata mereka tiada berbinar, hati mereka telah hampa meski raut wajah mereka merintih menahan darah yang terus menetes dari lubang di dada itu.