Prosa Dia: 57. Cerita di Bawah Terik dan Tentang Senyum


Di bawah terik,
Ibu itu menyuapi anak lelaki semata wayangnya. Sesekali mengelus punggung sambil tersenyum penuh kasih. Hangat. Sesendok demi sesendok. Sesekali sang anak bercanda dengannya. Tawa kecil menghiasi wajah ibunya yang sudah mulai ditumbuhi garis-garis penuaan. "Pelan-pelan, le. Waktu istirahatnya masih lama kok", ucap sang ibu. Putranya mengangguk dengan senyum kasih terpahat diwajahnya yang bulat.

Tak lama,
Bel berdentang, sang ibu segera merapikan kotak bekal putra tercintanya. Sebuah sisir kecil mengelus lembut rambut putranya. Dengan kalem dan telaten ia merapikan rambut putra tercintanya. "Nah, kalau begini kan jadi ngganteng", senyum indah menghiasi raut wajah sang ibu. Lalu tangannya segera membersihkan debu-debu yang menempel di pakaian anaknya walau sebenarnya bersih. "Ayo masuk ke kelas, le", dengan menggandeng tangan putranya, ia menghantarkan.

Apa yang bisa kita berikan pada ibu sebagai balasannya?

Leave a Reply

Proudly powered by Blogger
Theme: Esquire by Matthew Buchanan.
Converted by LiteThemes.com.