Prosa Dia 56: Like Devil and Angel

Kau berdiri menjauhiku. Kau berpaling dari mataku. Meninggalkan berkas-berkas samar air mata yang telah jatuh dan mulai mengering di lantai. Kau juga mulai menginjakkan kakimu di arah yang salah. Kau melangkah memasuki gua yang gelap dan semakin gelap. Tanpa lilin yang menerangi, tanpa obor yang menuntun, dan tanpa senter yang memandu. Kau dibutakan oleh dirimu sendiri, oleh seseorang yang telah mencuci otakmu, aku menyebutnya "Tuan Angkuh".

Kau ubah sayap-sayap putih menjadi hitam, yang ku berikan padamu kemarin pada waktu cuaca sedang tidak bersahabat diluar sana dan ketika amuk angin bercampur dengan gemuruh perut setan. Ironis, kau biarkan sayap putih yang kini menghitam itu jatuh dan terbawa arus air entah kemana.

Aku duduk berhadapan dengan lilin yang mulai memendek. Menulis dan merangkai kata-kata yang tepat untuk menyampaikannya pada mu, namun kau selalu pergi begitu ku memanggilmu. Kau selalu membanting pintu kamarmu begitu ku bergegas mendekatimu. Kita saudara, tapi bagaikan "Angel" dan "Devil". Selalu bertolak belakang. Namun, itu lebih baik daripada bagai kutub magnetik yang tidak akan pernah bisa bertemu hingga dunia terlelap tuk selamanya.

2 thoughts on “Prosa Dia 56: Like Devil and Angel

  1. angel dan devil adalah kutub magnetik. mereka sama, namun terlalu berbeda. mereka berbeda, namun terlalu sama. tak akan bertemu, tak mungkin bersatu.

    BalasHapus
  2. sebuah klise dan ironi yang seakan dicampur aduk jadi satu dalam gelas yang sudah tidak muat

    BalasHapus

Proudly powered by Blogger
Theme: Esquire by Matthew Buchanan.
Converted by LiteThemes.com.