Prosa Dia: 12. Liliput dan Raksasa

Aku telah melihat segala keburukan dunia ini. Tentang carut marutnya kehidupan, perih mata ini. Mereka berjuang, menempa harapan kosong dalam pergumulan hari-hari yang cadas hanya demi sepucuk rizki. Mengais di antara sisa pembuangan sekresi. Dibawah teriknya jam dua belas siang. Hidup mereka hanya untuk menitikkan keringat hampa tanpa asa namun penuh luka. Tubuh-tubuh liliput itu legam, terpanggang oleh sang surya. Namun mereka tetap tersenyum hangat kepada dunia. Padahal dunialah yang berlaku tidak adil pada mereka.

Mari kita tengok saudara-saudara besar kita. Mereka duduk di teras di pagi hari dengan secangkir kenikmatan panas untuk dicecap dan diseruput dalam-dalam. Lihatlah pundi-pundi itu, mengembang bak roti kerat yang menggiurkan. Sengat jam dua belas siang tak pernah bisa menyentuh kulit mereka yang mulus. Raksasa-raksasa itu berpelindung kain tebal dan payung berjalan.

Sekarang mari kita lihat ketika raksasa-raksasa kita dengan ditemani payung-payung berjalan itu berhenti di persimpangan. Mereka melindungi diri dari binar-binar mata liliput. "Masa bodoh aku dengan kalian", batin salah satu raksasa.

Aku telah melihat segala keburukan dunia ini.

Leave a Reply

Proudly powered by Blogger
Theme: Esquire by Matthew Buchanan.
Converted by LiteThemes.com.