Prosa Dia 38: Selamat Jalan Nenek
Air matanya bercucuran, membuat ngarai di tengah kebahagiaan semu. Ia sesenggukan di tengah alunan angin dingin yang meniup tubuhnya. Ia tertunduk dengan tangan menutupi wajahnya. Di depannya ia bisa melihat bayang-bayang seseorang yang sangat ia hormati dan peduli. Namun sosok itu hanya bisa melempar senyum hangat dan terakhir padanya. Lalu melambai padanya dan lenyap dari pandangan.
Ia tenggelam dalam nestapa dan keterpurukan. Ia telah kehilangan seseorang yang sangat berarti di hidupnya. Seseorang yang dulu menimang-nimangnya saat bayi, seseorang yang selalu membelikan kembang gula saat ia menangis, sesorang yang setiap sore sebelum pergi mengaji selalu memandikannya dengan air hangat.
Ia semakin tenggelam dalam derita dan koyakan batin. Semoga ia bisa tersenyum kembali.........