Prosa Dia 37: She's Dying

Ia berdiri di depan batu pualam putih dan dingin. Tatapannya kosong. Jemarinya kotor oleh darah yang masih menetes. Akalnya melayang jauh ke masa lalu. Lalu tiba-tiba ia jatuh terduduk. Air matanya merembes membasahi pipinya, menghapus maskara yang ia pakai dan hujan menyelimutinya dengan lembut.

Ia tersedu di bawah hujan. Di dadanya ada lubang yang mengaga hitam, tembus hingga punggungnya. Ada rantai yang membelit kedua kakinya. Sebuah rantai gelap tak berujung. Ia telah kehilangan segalanya. Ia telah kehilangan lenteranya. Kini ia berada di dasar jurang tanpa siapapun yang kan datang tuk menolongnya.

Ia terlantar dan ditelantarkan. Ia sekarat dan segera mati. Ia hilang arah dan tersesat. Ia hanyalah seekor burung walet yang kehilangan induknya. Ia terdampar dan sendiri.

Leave a Reply

Proudly powered by Blogger
Theme: Esquire by Matthew Buchanan.
Converted by LiteThemes.com.