Prosa Dia: 22. Di Bawah Tugu Berkerak Lumut

Aku berada di bawah tugu berkerak lumut. Menatap pada ratusan baja-baja di sekelilingku. Berdiri tanpa tahu kapan harus lelah, menatap tanpa tahu kapan harus terpejam. Tanah ini terasa sesak. Penuh luka, penuh amarah, penuh murka, penuh derita, penuh nestapa.

Tiada belai angin harapan pun asa. Bibirku kering, peluhku jadi penghilang dahaga ku. Dibawah tugu berkerak lumut ini aku duduk. Memandang mega di atas jantung kota. Tak pelak, cahaya muram dan gurat-gurat masam mulai muncul di keningku. Aku berharap sesosok malaikat kan datang membawakan ku seteguk air nirwana. Bukan lagi air keruh atau genangan hujan bahkan sungai kotor.

Langit mulai naik ke tahtanya yang paling tinggi. Menghapus sosok-sosok hitam yang selalu mengikutiku kemana pun aku pergi. Kini aku bisa pulang, kembali tidur di bawah tugu berkerak lumut.

Leave a Reply

Proudly powered by Blogger
Theme: Esquire by Matthew Buchanan.
Converted by LiteThemes.com.