Ia termenung di senja yang muram. Dibumbui dengan berkas-berkas cahaya temaram. Tatapannya hampa, hilang tanpa suara. Ia ragu dengan kehidupannya. Kehidupannya yang telah berubah menjadi monoton, se-monoton acara tivi di akhir pekan. Ia hanyalah korban dari kebringasan kehidupan yang kejam dan tanpa pikir panjang. Mereka telah memetik bunga teratainya lalu kabur seribu langkah.
Ia terdiam di senja yang muram. Dilatar belakangi rerumputan yang kuning dan kering. Pandangannya menjelajah jauh di dalam otaknya. Mencari sesuatu yang telah lenyap. Ia hanya seorang manusia biasa namun kini ia rapuh. Sayap-sayapnya yang indah kini terkatup di balik kepedihannya. Senyumnya kini terkunci rapat di balik tetes air matanya.
Kini,
Secercah asa telah kembali padanya. Semburat sinar purnama telah menerangi hatinya. Rantai-rantai yang membelenggu telah putus, api yang membara menyelimutinya telah padam. Ia terlahir kembali. Melangkahkan jemari kakinya yang lembut menuju tangga harapan.
Ialah wanita yang bertahan.